Silaturrakhim ke Negeri Panda 14
Setelah mendapatkan kamar, kami bergilir untuk membersihkan diri. Karena kami seharian penuh aktivitas, berkelana dan berjuang ke destinasi wisata dunia. Dan kami pun bersyukur bisa mendapatkan tiket, walau seperti berebut dengan ribuan wisatawan domestik di musim liburan saat itu.
Kami semua tidur nyenyak, bangun subuh dan meneruskan beristirahat lagi, apalagi gemericik rintik hujan terdengar dari luar. Walaupun musim panas untuk belahan bumi utara, namun sering juga datang hujan yang terkadang deras pula.
Hujan rintik semakin reda. Kami ingin berjalan ke sekitar blok apartemen untuk menghirup udara segar Yinchuan. Kami memilih ke kiri, menyusuri trotoar hingga perempatan, kemudian ke kiri dan ke kiri lagi.
Berderet pertokoan di semua tepi jalan blok atau komplek apartemen itu. Yang terdekat dengan apartemen, tentu menyediakan bahan kebutuhan pokok sehari-hari. Ada salon, ada pula layanan kesehatan, mungkin seperti praktek dokter. Tersedia juga Bank lebih dari satu.
Yinchuan menjadi ibukota provinsi Ningxia, yang memiliki peran strategis dalam sejarah panjang perjuangan negeri panda. Aktivitas perekonomian yang didominasi hasil alam, yang mencakup pertanian serta peternakan yang cukup ramai. Kota ini sangat strategis kewilayahan, serta termasuk salah satu pusat transaksi perdagangan.
Letaknya yang di garis utara, berbatasan dengan negara tetangga Mongolia. Sehingga merupakan kota terdepan, namun selalu terjaga cukup kondusif. Kota yang menampung banyak berbagai hasil pertanian ini, menjadi lebih hidup setelah berkembangnya era digital saat ini.
Yinchuan merupakan pasar pertanian dan pusat distribusi untuk daerah ini. Selain itu juga pusat transaksi produk hewani dari ternak oleh pengembara di padang rumput di sekitarnya. Ini adalah pasar untuk gandum dan tepung, serta penggilingan beras dan minyak ekstraksi tanaman. Wol yang diproduksi di dataran sekitarnya, menjadi memasok pabrik tekstil wol. Yinchuan adalah pusat bagi muslim (suku Hui) masyarakat minoritas, yang merupakan sepertiga dari populasi. Yinchuan saat ini menjabat sebagai rute perdagangan utama antara kota kota Barat dan Timur.
Setelah kami sampai pada sisi yang berlawanan, ternyata justru gerbang apartemen berada disana. Dan kami pulang melewati kompleks yang cukup luas itu. Pintu gerbang terbuka, dan kami bisa masuk tanpa pemeriksaan. Yang jalur belakang tempat kami masuk pertama kali, harus membawa kartu sebagai pembuka pintu sekuriti. Sehingga ketika kami akan masuk gerbang, harus menunggu dan nunut orang yang membawa kunci.
Kami membeli air minum serta makanan ringan di depan gerbang masuk arah belakang. Pedagang dan taksi yang melayani kami selama ini, semuanya baik dalam perlakuan servis. Tidak kami temukan perlakuan layanan yang arogan dalam segala hal.
Kakak sudah memesan sarapan secara online. Setelah menyantapnya, kami menuju Alon alon sekitar pusat perdagangan. Dan kami meneruskan perjalanan ke gunung Helan, sebuah wisata alam yang banyak kami temui kambing gunung.
Sebelumnya kami melewati lokasi studio shooting yang biasa digunakan untuk pembuatan film. Di kanan kiri jalan lokasi studio itu, sangat ramai dikunjungi para wisatawan, yang mungkin saja bisa bertemu dengan artis pujaannya.
Usai berkelana sebentar di gunung Helan, kami menuju danau sunset. Di pelataran menuju danau tersedia fasilitas umum permainan anak yang cukup menghibur. Dan tersedia pula banyak pilihan makanan yang dijajakan. Sungguh ramai ‘pasar sore’ itu, hiburan bagi para wisatawan akan semakin menarik, dan perekonomian rakyat setempat bisa tersambung baik.
Diantara ribuan pengunjung, kami saling menyapa oleh keluarga yang mengenakan pakaian muslim. Kami sempat berdialog, tentu saja dengan bahasa ‘tarsan’. Karena kami tidak bisa bahasa Mandarin dan mereka tidak bisa bahasa Inggris. Dan kami pun berfoto bersama.
Malam harinya, kami berniat makan di pusat makanan Yinchuan. Kami benar benar tidak mengira, dua ruas jalan yang mengitari sebuah blok dipenuhi dengan wisatawan. Mereka bertujuan sama, ingin membeli makanan, baik makanan kecil ataupun makan malam keluarga. Tidak ada kios jajanan atau resto yang tidak melayani pembeli.
Setiap wisatawan yang berdesakan pasti sudah membawa jajanan yang disantapnya. Namun mereka masih juga memburu rasa jajanan viral yang lain.
Yang terlaris dan banyak disukai pembeli adalah seafood dan kambing. Padahal secara geografis Yinchuan merupakan kota di tengah daratan, yang jauh dari laut manapun. Tetapi ternyata bisa menyajikan seafood yang cukup fresh. Apalagi masakan suku Hui bumbunya sangat cocok dengan lidah kami. Kami berenam sangat menikmati kelezatan makan malam kali ini.
Setelah hampir tengah malam, kami pun kembali ke apartemen, walau pusat makanan itu masih dipenuhi wisatawan. Kami bisa istirahat untuk persiapan tidur setelah membersihkan diri.
Ber Sam bung . . . 15
Semoga kita selalu sehat. (Abk)