Hari ini 28 September diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia.
Pada tahun 2024 ini memilih tema ‘Safety and Sustainability’ sebagai penegasan komitmen PT KAI dalam keberlangsungan layanan dan keamanan terbaik bagi para pelanggan. Dan saat ini sudah mencapai transformasi digital yang pantas diacungi jempol dengan memasang Face Recognition sebagai pengganti tiket.
Salah satu tempat rekreasi di kota Semarang yang menjadi destinasi wisata para turis adalah Lawang Sewu. Incaran rekreasi Lawang Sewu ini banyak dikunjungi baik oleh turis manca negara maupun lokal, ataupun masyarakat setempat.
Lawang Sewu merupakan gedung bersejarah peninggalan penjajahan Belanda di Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu sebagai kantor dari Nederlands Indische Spoorweg Maatschapij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1919. Terletak disekitaran bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki pintu (lawang : Jawa)yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai seribu (sewu : Jawa). Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu juga. Oleh karena itu pintu yang berjumlah 429 keping, bisa dihitung menjadi 928 buah.
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan, gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14-19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan melawan penjajahan Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari puluhan bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi. Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Indonesia.
Walaupun bangunan Lawang Sewu ini sudah melewati usia satu abad, kemegahan dan kekokohan arsitekturnya masih terlihat begitu menawan dan patut kita acungi jempol. Hampir semua sudut gedung masih tampak terawat dengan bagus, seakan tidak ada ‘penambahan’ yang mempermegah. Dan tanpa ditambahpun sudah mengundang banyak wisatawan.termasuk beberapa kaca jendelapun masih ada yang orisinal. Bangunan lawas ini bener bener kokoh, bahkan plafonnya (yang disebut lantai 3 bisa digunakan untuk bulutangkis. Talang air lantai satu juga terlihat detil sekali bentuk rancangannya. Termasuk juga, idealnya perbandingan antara lahan dan bangunan.
Dengan demikian gedung ini juga sudah memperhitungkan tentang kesehatan lingkungan. Hal itu juga bisa kita perhatikan bagaimana struktur dan tehnik jendela yang ada, yang memudahkan udara masuk, serta tingginya plafon yang mengatur kecukupan sirkulasi udara. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya harus berkunjung kesana.
Dalam satu dekade terakhir ini, PT Kereta Api Indonesia semakin maju pesat mengejar ketertinggalannya. Kalau dahulu salah satu fungsi gedung Lawang Sewu sebagai percetakan tiket kereta api, saat ini dengan kamera wajah, berfungsi sebagai pengganti tiket.
Semoga kita selalu sehat. (Abk)